LAMPUNG TIMUR (19/8/2025) – Skandal dana Corporate Social Responsibility (CSR) Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) kini memasuki babak paling panas. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sudah menjerat dua anggota Komisi XI DPR RI sebagai tersangka dan menyebut ada 44 anggota Komisi XI lain yang ikut kecipratan. Ledakan isu nasional ini merembet ke daerah, menyorot langsung Bupati Lampung Timur, Hj. Ela Siti Nuryamah.
Bukan tanpa alasan. Ela adalah eks anggota Komisi XI DPR RI periode 2019–2024. Fakta itu menempatkannya dalam sorotan publik, sebab komisi yang pernah ia duduki kini terbongkar sebagai “ladang bancakan” dana CSR.
Padahal, dana CSR tersebut semestinya menjadi instrumen sosial untuk rakyat kecil. Namun, berdasarkan temuan KPK, miliaran rupiah justru dialirkan melalui yayasan abal-abal, sebelum bermuara ke rekening pribadi, pembelian aset, kendaraan, hingga modal usaha.
KPK telah mengumumkan dua nama besar, Heri Gunawan (Gerindra) diduga menerima Rp15,86 miliar. Sementara Satori (NasDem) diduga kecipratan Rp12,52 miliar.
Namun, publik justru terpaku pada angka 44 anggota DPR lain yang disebut ikut bermain. Dari sinilah bayang-bayang kasus nasional menyeret nama Ela Siti Nuryamah, kini Bupati Lampung Timur.
Meski nama Ela belum pernah disebut langsung oleh penyidik KPK, publik Lampung Timur menuntut jawaban, apakah ia termasuk dalam 44 nama yang kecipratan dana CSR, atau setidaknya pernah bersinggungan dengan aliran dana mencurigakan itu
Tekanan moral ini kian kuat. Pembina DPP LSM Naga Hitam, Syamlerro, menegaskan bahwa Ela tidak bisa berlindung di balik diam.
“Jangan biarkan rakyat Lampung Timur dipimpin oleh bayang-bayang skandal besar. Kalau memang bersih, buktikan dengan data. Diam hanya menambah tanda tanya,” tegasnya, Selasa, 19 Agustus 2025.
Menurut Syamlerro, KPK tidak boleh berhenti pada anggota DPR aktif saja. Mantan anggota Komisi XI yang kini menjabat kepala daerah, termasuk Bupati Lampung Timur, wajib ikut ditelisik.
Skandal CSR BI–OJK dinilai mustahil berhenti pada dua tersangka. Dengan 44 nama yang sudah disebut, bola panas ini bisa bergulir ke mana saja, termasuk ke Lampung Timur.
“Ela mungkin tak pernah membayangkan kursi bupati yang kini ia duduki akan dihantui kasus lama dari Senayan. Tapi kenyataannya, publik sudah menaruh tanda tanya besar,” ungkap seorang aktivis lokal.
Kasus ini bukan lagi sekadar korupsi di Jakarta. Ia telah menjelma menjadi isu moral dan krisis kepercayaan publik di daerah. Dan di Lampung Timur, semua mata kini tertuju pada satu nama, Bupati Hj. Ela Siti Nuryamah.
(BANG WAHYU)














