SUKADANA (4/9/2024) – Kisah ini dimulai dari Desa Negara Nabung, Kabupaten Lampung, ketika sebuah keluarga harus menghadapi realita pahit saat mendapatkan layanan medis di RSUD Ahmad Yani, Kota Metro. AD, anak dari seorang pasien, menceritakan pengalaman getir yang dialami keluarganya.
Bermula dari keluhan nyeri dada yang dialami sang ayah, pasien ini awalnya dirawat di RSUD Sukadana selama empat hari sejak Rabu, 28 Agustus 2024. Namun, tak ada tanda-tanda perbaikan, hingga akhirnya pada Minggu, 1 September 2024, mereka memutuskan untuk membawa sang ayah ke RSUD Ahmad Yani.
Tiba di IGD, keluarga ini diberikan dua pilihan: melakukan CT Scan atau hanya menghilangkan nyeri sang ayah.“Kita sih gak terlalu mikir, yang penting bapak sembuh,” ujar AD, dengan nada kecewa. Rabu, 4 September 2024.
Setelah hampir 8 jam menunggu sejak pukul 10:30 WIB, akhirnya sang ayah dipindahkan ke ruang paru-paru sekitar pukul 18:30 WIB. Meski demikian, harapan Andi dan keluarganya hancur berkeping-keping ketika pada Selasa, 3 September 2024, sang ayah tiba-tiba dipulangkan oleh pihak rumah sakit, meski keluhan sakit di dadanya belum mereda.
“Saya bingung, aturan mana yang dipakai ini? Bapak masih sakit kok udah disuruh pulang,” kata AD dengan nada kesal. Lebih mengecewakan lagi, mereka tak diberikan diagnosis yang jelas. Hanya diminta untuk kembali pada 11 September 2024 mendatang. “Dari tanggal 4 ke 11 September itu lama, dan selama itu bapak tentu masih sakit,” lanjutnya.
AD pun curiga, jangan-jangan perlakuan ini karena mereka menggunakan BPJS. “Mungkin kalau bayar pakai uang sendiri, ceritanya beda kali ya,” katanya dengan nada sarkas.
(BANG WAHYU)