WAY JEPARA (2/1/2024) – Di bawah rindangnya pohon pule di perladangan Desa Rajabasa Baru, Lampung Timur, siapa sangka tersimpan bahaya yang mematikan? Sarang tawon gung, yang dikenal dengan sengatannya yang menyakitkan, telah mengubah kehidupan warga menjadi penuh ketakutan.
Bukan tanpa alasan. Baru-baru ini, Suwanah (50), seorang penyadap nira kelapa, menjadi korban jiwa setelah disengat ratusan tawon gung. Tragedi ini menjadi buah bibir di Desa Braja Emas, Kecamatan Way Jepara, dan Desa Teluk Dalem, Kecamatan Mataram Baru.
Kisah Tragis di Tengah Perladangan
Hari itu, Suwanah hanya berniat menjalani rutinitasnya di perkebunan. Namun, nasib berkata lain. Dia dikejar kawanan tawon hingga sejauh 300 meter sebelum akhirnya tumbang, tak mampu melawan sengatan demi sengatan.
“Saat kejadian, warga yang melihat hanya bisa menyaksikan dari jauh. Jumlah tawonnya terlalu banyak, sangat berbahaya,” ungkap Lukman Sabi'is, saksi sekaligus warga Desa Teluk Dalem pada Selasa,31 Desember 2024.
Selain Suwanah, dua warga lainnya terluka akibat sengatan yang sama. Mereka segera dilarikan ke rumah sakit, namun trauma masih membekas hingga kini.
Ketakutan yang Mengakar
Kejadian ini bukan yang pertama. Sebelumnya, lima warga dilaporkan pernah diserang tawon gung di lokasi yang sama. Keberadaan sarang tawon di pohon pule yang terletak di perbatasan desa membuat area perkebunan seolah menjadi zona terlarang.
Serangan tawon gung bukan sekadar masalah kecil. Bagi masyarakat yang hidup dari hasil perkebunan, keberadaan serangga ini mengancam mata pencaharian mereka. Sarang lebah yang sulit dijangkau dan sifat agresif tawon gung membuat warga bingung harus berbuat apa.
Kini, warga berharap ada tindakan konkret dari pihak terkait untuk menangani masalah ini. Entah itu memusnahkan sarang atau mencari solusi yang lebih ramah lingkungan. Bagi mereka, keselamatan jauh lebih penting dibanding apa pun.
Sebuah Pelajaran dari Alam
Tragedi ini mengingatkan kita bahwa alam, sekecil apa pun penghuninya, tetap memiliki kekuatan yang tak bisa diremehkan. Mungkin, inilah saatnya manusia kembali merenungi bagaimana berinteraksi dengan lingkungan tanpa memicu konflik, bahkan dengan makhluk sekecil tawon gung.
(BANG WAHYU)